Konsep Kecantikan Perempuan dalam Dongeng di Masyarakat
Oleh Titik Mindarsih*
Pada zaman sekarang, muncul berbagai konsep kecantikan
perempuan sempurna. Wolf(2002)
mendiskripsikan perempuan cantik sebagai perempuan yang mempunyai rambut indah,
tinggi, langsing, putih, berat badan kurang dari 20 persen berat badan ideal,
lebih muda ( umurnya tidak lebih dari 25), tidak mempunyai cacat pada kulitnya
dan rambut serta pakaiannya selalu rapi. Longlois
Roggman dan Musleman (1994) mengatakan perempuan cantik adalah perempuan
yang selalu mengikuti trend fashion, penampilan fisiknya menarik, makan, minum, dan
tinggal di tempat yang mewah.
Pernyataan di atas merupakan pandangan yang dilihat dari
luar. Sampai sekarang cantik selalu dihubungkan dengan gaya yang mewah, seperti
kendaraan yang mewah, pakaian yang bagus dan aksesoris yang glamor. Meskipun
demikian, kecantikan dalam atau inner
beauty masih menjadi hal yang paling penting daripada hanya cantik di luar.
Kecantikan
sebagai Suatu Alat
Dalam masyarakat kita, kecantikan sering dijadikan
sebagai suatu alat untuk mendapatkan pacar atau jodoh. Meskipun romantisme
menjadi salah satu kriteria, tetapi kecantikan fisik merupakan salah satu kunci
utama. Misal, seorang laki-laki sedang menghadapi dua pilihan, tak diragukan
lagi ia akan memilih perempuan yang lebih cantik. Namun kecantikan luar akan
luntur dimakan zaman.
Dongeng adalah karya sastra yang disampaikan dari mulut
ke mulut hingga sekarang. Dongeng yang terdapat di masyarakat Indonesia seperti
Roro Jonggrang, Bawang Merah Bawang Putih, Ande-ande Lumut serta
dongeng-dongeng dari luar negeri dan berkembangseperti Cinderella adalah kisah
yang menggambarkan kecantikan perempuan. Cinderella adalah putri yang cantik,
bergaun mewah, menaiki kendaraan yang bagus dan sangat dicintai oleh perempuan.
Masyarakat penikmat dongeng mendiskripsikan perempuan cantik adalah perempuan
seperti Cinderella.
Tokoh utama dalam dongeng, selain menarik secara fisik
juga digambarkan baik dan bijak. Analisis tokoh utama tersebut, konsep cantik
dalam dongeng mempunyai dua unsur. Pertama, unsur fisik ( luar) dengan
mendiskripsikan perempuan terlihat muda, cantik, menarik dan mewah. Kedua, inner beauty digambarkan bahwa perempuan
sebagai seorang yang penyabar, bijaksana, suka menolong, ceria, perhatian,
pintar dan rela berkorban.
Pencitraan
Konsep Cantik di Masyarakat
Kecantikan memiliki standar perbandingan, sehingga
menyebabkan kedengkian dan ketidakpuasan jika tidak dipenuhi. Penampilan fisik
yang menarik mempunyai kekuatan tersendiri dalam memikat dan mendorong orang
lain untuk memberikan perlakuan istimewa. Jika tidak memenuhi standar
kecantikan yang telah melekat dalam masyarakat, mereka yang penampilan fisiknya
tidak menarik mempunyai pengalaman didiskriminasikan dan merasa ditolak.
Akhirnya mereka berusaha memenuhi tuntutan konsep kecantikan yang ada di
masyarakat.
Pencitraan kecantikan perempuan melalui ciri-ciri fisik,
seperti halnya pencitraan ratu kecantikan merupakan salah satu karakteristik
modernisasi. Perempuan akan melakukan apa pun agar terlihat cantik. Sering kita
mendengar seorang perempuan rela mengeluarkan banyak uang hanya untuk menunda,
bahkan menghilangkan keriput.
Konsep cantik yang terlanjur diterima secara mentah oleh
banyak perempuan akhirnya memunculkan monopoli di industri kecantikan. Kalngan
bisnis, baik industri besar maupun kecil, media cetak, TV, dan radio
mempropagandakan berbagai produk yang berhubungan dengan kecantikan dan iklan
yang dipaparkan secara terus-menerus dengan memanfaatkan peran dan definisi
gender yang berlaku di negara kita.
Banyak sekali produk kecantikan yang menawarkan
pengobatan antikerut pada wajah. Ada juga obat untuk pengencang kulit. Herannya
obat tersebut laris manis diserbu oleh perempuan-perempuan yang menginjak
lanjut usia. Perempaun rela melakukan pelangsingan tubuh dengan tidak makan dan
berolahraga yang berlebihan hanya untuk memperoleh tubuh indah menurut konsep
kecantikan yang ada. Akibatnya, mereka menderita anoreksida dan bulimia.
Tanpa disadari iklan dan kontes kecantikan sesungguhnya
menindas perempuan. Banyak perempuan hanya mencerna bagaimana citra perempuan
ideal dan apa yang mampu membentuk mereka terlihat lebih menarik dan disukai
oleh lingkungan sosialnya. Banyak sekali perempuan yang rela menghabiskan
banyak uang untuk ke salon agar bisa tampil dengan percaya diri. Seperti halnya
di film, digambarkan kisah seorang gadis miskin mersa minder bila dicintai
laki-laki kaya, sehingga memilih untuk menjauhi laki-laki tersebut.
Realitasnya banyak perempuan yang salah memperjuangkan
kekurangan fisiknya. Perempuan tidak seharusnya menyiksa diri, mengorbankan apa
saja yang dimilikinya agar berwajah cantik. Namun semestinya ia harus
menunjukkan inner beauty yang
dimiliki, seperti menjaga diri dari hal-hal yang negatif, serta mengasah dan
mengembangkan kelebihan. Perempuan cantik yang sesungguhnya adalah perempuan
yang mempunyai inner beauty dan didukung oleh kecantikan dari luar.
Mahasiswa Sastra Indonesia 09, 2111409008, Universitas Negeri Semarang*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for reading (^o^)