KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH UTAMA
WANITA
DALAM NOVEL BELLA DONA NOVA KARYA NANING PRANOTO
Oleh Atri Kemalasari Suryani
Program Studi Sastra Indonesia,
Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Kehidupan sosial di
lingkungan pengarang menjadikan bahan dalam menciptakan karya sastra, dan
masyarakat menjadikan karya sastra yang diciptakan pengarang terasa lebih
hidup. Salah satu fenomena social yang terjadi di masyarakat adalah masalah
ketidakadilan gender. Masalah ini mencuat seiring dengan gerakan feminisme yang
semakin meluas. Fenomena ketidakadilan gender menjadi suatu yang menarik untuk
diperbincangkan. Ketidakadilan gender muncul dengan adanya masalah yang
menyangkut keberadaan perempuan. Selama ini perempuan ditempatkan dalam posisi
yang terpinggirkan. Hal itu yang digambarkan pada tokoh wanita dalam novel
Bella Donna Nova karya Naning Pranoto. Fokus pembahasan pada penelitian ini
terletak pada dua tokoh wanita yang mendapat ketidakadilan gender yaitu Kunti
dan Nova. Ketidakadilan yang didapat yaitu dalam bentuk stereotip munculnya
pandangan bahwa perempuan lemah, mudah dirayu, dan halus perasaannya. Bentuk
kekerasan terhadap perempuan yang dialami Kunti dan Nova berupa pemerkosaan
dalam rumah tangga. Penyebab ketidakadilan gender yang menimpa tokoh wanita ada
dua faktor yaitu faktor intern yang berupa pandangan bahwa wanita itu lemah,
dan faktor ekstern yaitu kondisi Nova yang pada saat itu sangat putus asa
dengan keadaan yang dialami. Sikap tokoh wanita yang mendapat ketidakadilan
gender yaitu sikap menolak dan sikap menerima.
Pendahuluan
Sastra
merupakan gejala kejiwaan yang di dalamnya terdapat fenomena-fenomena kehidupan
yang sesuai dengan realita masyarakat. Karya-karya sastra merupakan buah
pikiran seorang pengarang karena antara penarang satu dengan pengarang yang
lain dalam menampilkan karyanya berbeda dan mempuinyai ciri khas yang berbeda-beda
(Aminudin 1987:93).
Novel
merupakan salah satu karya sastra yang mengisahkan bagian penting dari segi
kehidupan manusia dan di dalamnya terdapat peristiwa yang dialami oleh tokoh
utama dengan berbagai peran dalam kehidupannya. Menurut Saini (1986:29), novel
merupakan salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa dalam ukuran yang
luas dengan cerita yang kompleks.
Berbicara
mengenai karya sastra dalam hubungannya dengan peran tokoh dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat, salah seorang pengarang wanita Indonesia yang banyak
menciptakan karya satra yang bertema peran wanita adalah Naning Pranoto. Novel
Bella Donna Nova merupakan salah satu hasil karyanya, yang berisi tentang
kondisi perempuan dengan berbagai permasalahan sehari-hari.
Pada
novel tersebut diceritakan Kunti adalah seorang wartawati yang bekerja disebuah
persuratkabaran ternama di Indonesia. Karena kesibukannya, ia selalu menunda
kehamilannya, padahal umur pernikahannya dengan Hapsoro sudah sepuluh tahun.
Keinginan Hapsoro untuk mempunyai anak, membuat ia berlaku kasar terhadap
Kunti. Kunti sendiri sebenarnya ingin cepat mempunyai anak, tapi ia ingin
menyelesaikan karir dulu, dan setelah itu, baru memikirkan anak. Kunti sering
mengalami kekerasan rumah tangga dalam bentuk pemerkosaan. Bahkan Hapsoro
menyalahkan Kunti ketika hati Hapsoro mulai mendua pada Nova.
Penggambaran
tokoh utama dalam novel Bella Donna Nova karya Naning Pranoto yang berkaitan
dengan keluarga dan lingkungannya, pada kenyataannya sangat menarik di telaah
terutama pada tokohnya dalam menghadapi ketidakadilan gender.
Persoalan-persoalan yang dihadapi pada tokoh wanita merupakan masalah gender
(perselingkuhan, pelecehan seksual, ketidakadilan, pemaksaan hak). Hal ini yang
mengakibatkan novel ini merupakan salah satu novel yang didalamnya terdapat
ketidakadilan gender.
Metode Penelitian
Pendekatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra. Di dalam
penelitian ini terfokuskan pada analisis tokoh dan penokohan yang merupakan
prioritas pertama sebelum diterapkan analisis lain. Pendekatan ini digunakan
karenakan di dalam permasalahan yang diajukan meliputi bentuk ketidakadilan
gender pada tokoh wanita, yang dapat dianalisis dengan teks untuk mengetahui
strukturnya, sehingga permasalahan dapat diselesaikan.
Tokoh wanita yang mendapat ketidakadilan
gender dalam novel Bella Donna Nova merupakan sasaran dalam penelitian ini.
Ketidakadilan gender tersebut difokuskan pada bentuk dan penyebab ketidakadilan
serta sikap tokoh wanita yang menghadapi ketidakadilan gender. Sumber yang
digunakan adalah novel Bella Donna Nova karya Naning Pranoto yang diterbitkan
oleh PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, tahun 2004. Teknik analisis
dengan membahas tokoh bertujuan untuk mempermudah bahasan tentang manifestasi
ketidakadilan gender. Prosedur yang digunakan adalah dengan membaca teks
sastra, kemudian memahami teori-teori yang akan digunakan, dilanjutkan dengan
mengkaji permasalahan yang diangkat, faktor penyebab, dan sikap tokoh. Kemudian
diakhiri dengan pembuatan simpulan dari hasil kajian.
Landasan Teori
Tokoh dan Penokohan
Tokoh
cerita menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995: 165) adalah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan
dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Badudu dan Zain (1996:152)
mengartikan tokoh sebagai pemegang peran penting dalam cerita-cerita roman,
novel, dan cerita pendek.
Penokohan
adalah penciptaan cerita tokoh dalam karya satra (Kridalaksana 1997:165).
Sesuai dengan pengertian tokoh, Esten
(1990:27) mengatakan bahwa penokohan adalah bagaimana ara pen garang
menggambarkan dan mengembangkan watak-watak, tokoh-tokoh, dalam sebuah cerita
rekaan. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan yang baik
adalah penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh tersebut dan
mengembangkan watak dari tokoh tersebut yang memiliki tipe manusia yang
dikehendaki tema dan amanat, perkembangan haruslah wajar dan dapat diterima
berdasar hubungan kausalitas.
Sosiologi
Satra
Sosiologi sastra adalah
cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak
diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan
masyarakat. Asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra
tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya
karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu
merefleksikan zaman. Menurut Goldmann (1981: 11) sosiologi sastra memiliki tiga
ciri dasar, yaitu: 1) kecenderungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya
terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan
di dalam korelasinya dengan lingkungan., 2) kecenderungan pada kohesi pada
proses perstrukturan yang global, dan 3) dengan sendirinya ia mempunyai sifat
dinamik serta kecenderungan untuk mengubah struktur walaupun manusia menjadi
bagian struktur tersebut.
Dalam konteks metodologis,
sosiologi sastra memang senantiasa mengalami perubahan. Pada mulanya, sosiologi
sastra diletakkan dalam kerangka penelitian positivisme, yang berusaha mencari
hubungan antara faktor iklim, geografi, filsafat, dan politik. Dalam kaitan
ini, sastra diperlakukan sebagaimana penelitian ilmiah lain. Perkembangan
berikutnya, sosiologi sastra justru menolak positivisme. Pendekatan sosiologi
sastra lalu diarahkan pada telaah refleksi nilai. Hal ini berdasrkan pengertian
bahwa karya sastra akan menyajikan sejumlah nilai yang berkaitan dengan keadaan
masyarakat masa teks ditulis.
Gender
dan Ketidakadilan Gender
Secara umum gender dapat
didefinisikan sebagai pembedaan-pembedaan yang bersifat sosial ,
perbedaan-perbedaan biologis, jenis kelamin. Konsep penting dalam rangka membahas
kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (jenis kelamin) dan konsep
gender. Pengertian jenis kelamin merupakan sifat atau bagian dalam jenis
kelamin tertentu.
Adanya anggapan bahwa perempuan dikenal lemah, lembut, cantik,
emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dikenal kuat, perkasa, rasional.
Semua ciri dari sifat itu dapat dipertukarkan. Pemahaman dan pembedaan antara
konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk
memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan.
Hal ini disebabkan ada kaitan yang erat antara perbedaaan gender dan
ketidakadilan gender dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara luas
(Fakih 2003: 7-9).
Manifestasi
Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender,
termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marginalisasi atau
proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau tidak penting dalam keputusan
politik, pembentukan stereotik atau melalui pelabelan negative, kekerasan,
beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta sosialisasi ideologi peran
gender. Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisahkan, karena saling
berkaitan dan berhubungan, saling mempengaruhi secara dialektis (Fakih,
2003:12-13).
Marginalisasi merupakan
proses peminggiran terhadap kaum perempuan dimana perempuan dibedakan dengan
laki-laki tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi. Ada pandangan bahwa
perempuan adalah makhluk yang emosional. Maka ia dipandang tidak bisa memimpin
dan karena itu ditempatkan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi
merupakan adanya anggapan tidak penting terhadap perempuan. Dalam pandangan stereotik, cenderung
memojokkan kaum perempuan. Bahkan jika
ada pemerkosaan yang dialami oleh perempuan, masyarakt cenderung menyalahkan
korbannya. Pada dasarnya kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat.
a.
Marginalisasi
Perempuan
Pada novel Bella Donna Nova
karya Naning Pranoto menampilkan dua tokoh wanita yang memiliki peran ganda
dalam keluarga dan dalam masyarakat, yaitu Kunti dan Nova. Keduanya mengalami
pemarginalisasian rumah tangga melalui suami masing-masing, Hapsoro dan Don.
Tokoh Nova dianggap makhluk lemah, bodoh, miskin, oleh suaminya sendiri, Don.
Don berpikir bahwa ialah yang menjadikan hidup Nova berkecukupan, ialah yang
kaya, sedangkan Nova tak akan bisa hidup jika tak bergantung padanya.
Sekarang ini sugesti tentang
perempuan adalah makhluk lemah, telah menjadi label masyarakat, bahkan kaum
intelektual. Anggapan perempuan sebagai makhluk lemah menyebabkan terbentuknya
struktur ketergantungan perempuan terhadap laki-laki.
b.
Stereotip
Perempuan
Stereotip atau pelabelan
masyarakat, terlihat jelas pada novel ini, ketika Nova mengalami pemerkosaan
berkali-kali. Masyarakat menganggap bahwa penyebab laki-laki memerkosanya
adalah karena kemolekan tubuh dan mata hitamnya. Mereka menganggap Nova sengaja
memancing hasrat laki-laki untuk mendekatinya. Bahkan penyebab Don, duda tua
kaya yang berusia delapan puluh tahun, memperistri Nova adalah karena
terpancingnya hasrat birahinya.
c.
Kekerasan
Perempuan
Lemahnya
fisik perempuan daripada fisik laki-laki sehingga perempuan tak kuasa menolak
kekuatan laki-laki, menyebabkan kekerasan sering terjadi. Dalam novel ini
terjadi kekerasan rumah tangga terhadap tokoh perempuan, ketika Kunti dan Nova
diperkosa.
kunti
mengalami kekerasan fisik dalam rumah tangga dengan bentuk pemerkosaan. Kunti
yang sat itu sedang tidak ingin berhubungan seksual, dipaksa oleh Hapsoro
karena Hapsoro ingin cepat memiliki anak.
Kekerasan
perempuan juga terjadi pada Nova. Sebelum ia menikah dengan Don, ia sudah diperkosa
berkali-kali hingga memiliki satu orang anak. Saat menikah dengan Donpun, ia
masih merasakan kekerasan rumah tangga, karena ia erasa diperlakukan seperti
budak nafsu oleh Don.
Konsep
Sikap
Sikap merupakan organisasi
pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atas situasi yang relative sama,
yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang
tersebut untuk membuat perilaku dalam cara terntentu yang dipilihnya (Walgito,
1991:109). sikap mengandung tiga komponen, yaitu : komponrn kognitif, komponon
afektif, komponen konatif.
Dengan mengetahui sikap
seseorang, maka kita dapat mengetahui respon seseorang atau tindakan yang akan
diambil tersebut terhadap masalah atau keadaan yang dihadapinya. Bila seseorang
dipaksakan mengatak atau mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan sikapnya,
maka akan adanya kecenderungan untuk mengubah sikapnya sedekmikian rupa hingga
menjadi komponen ydengan apa yang dikatakan dan dikerjakan. Makin besar
tekanan, atau paksaan akan menimbulkan perilaku yang berlawanan dengan sikap
seseorang makin sedikit kemungkinan berubahnya sikap yang diharapkan.
Kesimpulan
Manifestasi
keidakadilan gender yang ditemukan dalam penelitian adalah marginalisasi
perempuan, stereotip perempuan, dan kekerasan perempuan. Marginlisasi perempuan
nampak pada tokoh Nova yang dianggap lemah oleh Don. Stereotip juga nampak pada
tokoh Nova yang diperkosa berkali-kali, dan masyarakat menganggap bahwa Nova
lah penyebabnya. Bentuk kekerasan terlihat pada pemerkosaan terhadap kedua
tokoh, Kunti dan Nova.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. 2001. Seks, Gender & Reproduksi Kekuasaan.
Yogyakarta : Tarawang Press
Amminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang : Sinar Baru
Badudu, J.s.Zain, Muhamad. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan
Bhasin, Kamla. 2001. Memahami Gender. Jakarta : Teplok Press
Budiyanta, Melani. 2002. Pendekatan
Feminis Terhadap Wacana Sebuah Pengantar. Dalam Kris Budiman (ed). Analisi Wacana dari Linguistik sampai
Dekonstruksi. Yogyakarta : Kamal
Budiman, Kris. 2000. Feminis Laki-Laki dan Budaya Gender. Magelang
: Yayasan Indonesia Terrant
Damono, Sapardi Djoko. 1978. Ringkasan Sosiologi Sastra : Sebuah
Pengantar. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta :
Pustaka Wida Tama
Nurdiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Tyogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesastraan. Di Indonesiakan Oleh
Melani Budiyanta. Jakarta : Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for reading (^o^)