Senin, 26 Desember 2011

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


Alternatif Pengolahan Sampah
         *Irma Amburika

Sampah merupakan momok bagi kota-kota besar seperti Jakarta. Timbunan sampah yang terlihat di mana-mana bukan hanya menyebabkan tidak sedap dipandang mata, tetapi juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti diare dan muntaber. Timbunan sampah-sampah itu tidak boleh didiamkan saja. Karena dalam masalah ini bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab menyelesaikannya, tetapi juga diperlukan kesadaran tiap individu untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas sampah.
Banyak solusi yang telah dicetuskan oleh orang-orang yang cinta dan peduli akan alam untuk mengelola sampah-sampah tersebut. Apabila semua ide tersebut dikumpulkan dapat menjadi langkah baik untuk menyelesaikan masalah sampah ini.

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


Konsep Kecantikan Perempuan dalam Dongeng di Masyarakat

Pada zaman sekarang, muncul berbagai konsep kecantikan perempuan sempurna. Wolf(2002) mendiskripsikan perempuan cantik sebagai perempuan yang mempunyai rambut indah, tinggi, langsing, putih, berat badan kurang dari 20 persen berat badan ideal, lebih muda ( umurnya tidak lebih dari 25), tidak mempunyai cacat pada kulitnya dan rambut serta pakaiannya selalu rapi. Longlois Roggman dan Musleman (1994) mengatakan perempuan cantik adalah perempuan yang selalu mengikuti trend fashion, penampilan fisiknya menarik, makan, minum, dan tinggal di tempat yang mewah.
Pernyataan di atas merupakan pandangan yang dilihat dari luar. Sampai sekarang cantik selalu dihubungkan dengan gaya yang mewah, seperti kendaraan yang mewah, pakaian yang bagus dan aksesoris yang glamor. Meskipun demikian, kecantikan dalam atau inner beauty masih menjadi hal yang paling penting daripada hanya cantik di luar.
Kecantikan sebagai Suatu Alat

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


 JEBOLAN SASTRA  Berpotensi Menjadi Penerapi Bahasa ( ILMU KESEHATAN )

Rambut gondrong dan berbusana nyeleneh mungkin tidak jauh berbeda dari seorang sastrawan, seniman, dan budayawan. Meski sebenarnya mereka berpendidikan, tetap saja anggapan itu mendarah daging di kalangan masyarakat. Karena para sastrawan dan pecinta seni lainnya sering mengapresiasikan sentilan-sentilan dalam balutan karya yang diciptakan. Tanpa basa-basi mereka melontarkan kritikan akan corat-marut zaman, di mana angkara murka ngombro-ombro (angkara murka menjadi-jadi), akeh wong ijir, akeh wong cethil (banyak orang kikir, banyak orang bakhil). Sing eman ora keduman (si hemat tidak mendapat bagian), sing keduman ora eman (yang mendapat bagian tidak berhemat). Akeh wong mbambung (banyak orang berulah dungu) dan akeh wong limbung (banyak orang limbung) (Ramalan Jayabaya).

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


Meredupnya Gerakan Mahasiswa



Langkah yang mendesak untuk dilakukan oleh gerakan mahasiswa adalah membangunkan kembali spirit dan tanggung jawab historis mahasiswa  untuk memperjuangkan kesejahteraan bangsa.
Mengingat dan mencoba memahami kembali makna dari misi reformasi yang yang telah diperjuangkan mahasiswa. Maka dapat dikatakan bahwa penyelewengan terhadap misi reformasi itu kini telah terjadi. Tuntutan pengadilan mendiang Presiden Soeharto sama sekali tidak digubris oleh pemerintah yang berkuasa. Pengesahan Undang-Undang BHP dapat dikatakan sebagai bentuk penghinaan terhadap mahasiswa. Amat mengecewakan, tidak ada sedikit pun bentuk penghargaan pemerintah terhadap jerih-payah mahasiswa yang telah memperjuangkan reformasi. Bukankah keadaan politik yang dinikmati oleh kalangan elit politik itu merupakan hasil perjuangan mahasiswa di tahun 1998.

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


KESANTUNAN BERBAHASA SEBAGAI WUJUD BUDAYA DAN KOMUNIKASI


K
esantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan oleh suatu masyarakat tertentu sehingga membentuk tatacara, adat, atau kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat. Kesantunan sangat diperlukan dalam pergaulan sehari-hari. Ketika orang dikatakan santun, maka dalam diri seseorang itu terdapat sikap sopan santun yang berlaku secara baik di masyarakat tempat seseorang mengambil peran sebagai anggotanya. Ketika ia bersikap santun, masyarakat memberikan penilaian baik secara mendadak maupun konvensional panjang, memakan waktu lama. Kesantunan berlaku dalam masyarakat baik itu tempat, atau dalam situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku untuk masyarat lain. Hal ini bisa dikatakan bahwa kesantunan merupakan sesuatau yang sangat kontekstual. Banyak jenis kesantunan, diantaranya yaitu kesantunan berbusana, kesantunan perbuatan yaitu tatacara bertindak atau gerak-gerik ketika menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu. Kesantunan tindakan misalnya ketika kita menerima tamu tidak boleh muka di tekuk.

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Populer


MAKAM  PROKLAMATOR  BARU, PENGUNJUNG MENYERBU
*Novi Fransiska


                                                                                         
S
oekarno, lebih populer dikenal dengan sebutan Bung Karno, Bapak Proklamator Indonesia, serta Presiden Republik Indonesia yang pertama. Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman dan Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodiharjo. Semasa hidupnya, Bung Karno memiliki tiga istri dengan delapan anak.
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya Ir. Soekarno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.  Hasil  sidang PPKI, 18 Agustus 1945, Ir. Soekarno terpilih menjadi presiden Republik Indonesia yang pertama. Beliau meninggal pada 21 Juni 1970, dan di makamkan di Blitar, karena hidupnya banyak dihabiskan di kota Blitar. Pemerintah menganugerahkan julukan ‘Pahlawan Proklamasi’ kepada beliau untuk mengenang perjuangannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Menulis Karya Ilmiah : Artikel Penelitian


KETIDAKADILAN GENDER PADA TOKOH UTAMA WANITA
DALAM NOVEL BELLA DONA NOVA KARYA NANING PRANOTO
Oleh Atri Kemalasari Suryani
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang

ABSTRAK
Kehidupan sosial di lingkungan pengarang menjadikan bahan dalam menciptakan karya sastra, dan masyarakat menjadikan karya sastra yang diciptakan pengarang terasa lebih hidup. Salah satu fenomena social yang terjadi di masyarakat adalah masalah ketidakadilan gender. Masalah ini mencuat seiring dengan gerakan feminisme yang semakin meluas. Fenomena ketidakadilan gender menjadi suatu yang menarik untuk diperbincangkan. Ketidakadilan gender muncul dengan adanya masalah yang menyangkut keberadaan perempuan. Selama ini perempuan ditempatkan dalam posisi yang terpinggirkan. Hal itu yang digambarkan pada tokoh wanita dalam novel Bella Donna Nova karya Naning Pranoto. Fokus pembahasan pada penelitian ini terletak pada dua tokoh wanita yang mendapat ketidakadilan gender yaitu Kunti dan Nova. Ketidakadilan yang didapat yaitu dalam bentuk stereotip munculnya pandangan bahwa perempuan lemah, mudah dirayu, dan halus perasaannya. Bentuk kekerasan terhadap perempuan yang dialami Kunti dan Nova berupa pemerkosaan dalam rumah tangga. Penyebab ketidakadilan gender yang menimpa tokoh wanita ada dua faktor yaitu faktor intern yang berupa pandangan bahwa wanita itu lemah, dan faktor ekstern yaitu kondisi Nova yang pada saat itu sangat putus asa dengan keadaan yang dialami. Sikap tokoh wanita yang mendapat ketidakadilan gender yaitu sikap menolak dan sikap menerima.

Ilmu Budaya : Mitos dan Adat Jawa Seputar Kehamilan


Di Indonesia, terutama di pedesaan Jawa berlaku begitu banyak mitos (larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Semua hal yang berkaitan dengan keseharian si ibu ataupun si bayi dari segi makanan, keseharian, dan perilaku. Tradisi ini sangat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat atau pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak atau karma yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya mitos bila dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi aqidah banyak yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek moyang adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan hanya berdasarkan mitos atau kepercayaan saja dari pada kenyataannya. Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si ibu hamil maupun suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan kehamilan yang sehat, sehingga bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan sebagainya.
Berikut adalah beberapa mitos adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan kehamilan, yang dikelompokkan berdasarkan tradisi pra-kehamilan, tradisi masa kehamilan dan tradisi pasca kehamilan:
·        

Ilmu Budaya : Simbolisasi Kebudayan Jawa Dalam Novel Pengakuan Pariyem


Pengakuan Pariyem adalah sebuah novel dengan penyajian prosa lirik yang mengungkap kehidupan seorang gadis Jawa yang bernama Pariyem, berpredikat babu. Iyem begitu pasrah memandang hidup, namun di dalam jiwanya menyimpan kebijaksanaan hidup. Iyem, babu yang berasal dari Wonosari, Ngayogya yang penuh wibawa itu, mampu bercerita banyak soal hidup, soal masyarakat, soal potret sebuah keluarga bangsawan tempatnya mengabdi yang penuh diwarnai oleh sebuah pola kultur Jawa yang tenang namun mengalir demikian tak tertahankan.
Keluguan kultur yang nyata begitu tegar dan lembut rasanya. Dia bicara bagaimana konsep nrimo dalam kultur Jawa, bagaimana keseimbangan antara dua jagad di dalam kehidupan manusia, tentang konsep Manunggaling Kawula Lan Gusti yang sudah dikenal sebagai ciri kultur Jawa.
3B: Bibit,Bobot dan Bebet, nama membawa tuah bahwa asal-usul dijadikan patokan pada masa itu hingga sekarang, seperti dah tertempel di kening, bukan semangat yang menempel dibadan.( hal 5 )

Dalam novel Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi mengandung simbol-simbol kebudayaan. Simbol-simbol kebudayaan tersebut seperti berikut :
1.    Hal. 1-2 : Upacara Kelahiran Bayi
“Ya, ya, Pariyem saya
Saya lahir di atas amben bertikar
dengan ari-ari menyertai pula
Oleh mbah dukun dipotong dengan welat
tajamnya tujuh kali pisau cukur
Bersama telor ayam mentah, beras, uang logam
bawang merah dan bawang putih, gula, garam
jahe dan kencur, adik ari-ari jadi Satu
Sehabis dibersihkan dibungkus periuk tanah
kemudian ditanam di depan rumah
Ya, ya, telur: lambang sifat bayi baru lahir
belum bisa apa-apa – murni –
gulang-gulung tergantung pada yang tua
Beras dan dhuwit logam: lambang harap
semoga hidup kita kecukupan
dalam hal sandang, pangan, dan uang
Bawang merah dan baawang putih, gula, garam
jahe dan kencur: lambang pahit-manisnya hidup
yang bakal berjumpa dan terasakan, agar:
jangan terlalu sedih bila mendapat kesusahan
jangan terlalu bergembira bila mendapat kesenangan
Dengan upacara kecil adik ari-ari pun dikubur
di depan pintu sebelah kanan bila bayi laki-laki
di depan pintu sebelah kiri bila bayi perempuan
Dipanjar diyan sampai bayi umur selapan
Apa yang terungkap pada cuplikan di atas, menggambarkan budaya Jawa ketika lahir seorang bayi. Tata cara dan bahan-bahan yang digunakan pun mempunyai arti dan makna tersendiri. Seperti telur yang dilambangkan sebagai sifat bayi baru lahir, belum bisa apa-apa. Beras dan uang logam sebagai lambang harap semoga hidup kita serba kecukupan dalam hal sandang, pangan dan uang. Pada tata cara yang dilakukan inilah para orang tua menaruh harap pada anaknya, kelak bisa menjadi orang yang berkecukupan.
2.        Hal. 2-3: adat orang jawa setelah mempunyai bayi
-sepasaran, bahasa populernya
Maka tersedialah di tikar, di lantai, di tanah:
Jenang abang: lambang kesucian si jabang bayi
Jenang putih; lambang cahaya yang menerangi alam
Ingkung ayam: lambang keutuhan badan
awadhag telanjang
Nasi tumpeng dan gudhangan: lambang
pergaulan hidup
yang kelak memperkaya pengalaman
Jenang sumsum: lambang harap, semoga
otot bayu simbok bayi yang melahirkan pulih
segar bugar sebagai sediakala
Dan jabang bayi kian kokoh daya kekuatannya
Dalam upacara keduri di kampung
berkeliling para tetangga satu dusun

Setelah mempunyai bayi, dalam adat orang Jawa masih harus melakukan adat, seperti saat hari kelima setelah bayi lahir yang disebut sepasaran. Pada sepasaran digelar syukuran yang dikenal masyarakat Jawa sebagai kenduri, yang dihadiri oleh warga satu kampung, dengan menyajikan jenang merah sebagai lambang kesucian bayi, jenang putih sebagai lambang cahaya bayi, nasi tumpeng dan gudhangan sebagai simbol pergaulan hidup, jenang sumsun sebagai simbol penambah kekuatan ibu sehabis melahirkan dan kekuatan otot bayi.
3.        Hal. 23     : pariyem sadar siapa dirinya, dia terima apa adanya, dia juga tidak pernah mengeluh akan kehidupannya, walaupun dia seorang babu dia ikhlas, dan supaya dia sadar siapa dirinya maka dia menerapkan konsep ngilo githoke dhewe yang berarti selalu melihat siapa dirinya, hal itu yang membuat dia bisa ikhlas menjalani hidup.
4.        Hal. 28     :  3M (Madeg, Mantep, Madhep), artinya dia berdiri, mantap dan menerima bahwa kehidupannya sebagai seorang babu.
Hidup yang prasojo saja
tak usah yang aeng-aeng
Madeg, Mantep, dan Madhep
Dan saya sudah 3M sebagai babu, kok

5.        Hal. 28 : 3A ( Asih, Asah dan Asuh ), bahwa bukan ketakutan atau keberanian yang mengantarkan kita berjalan tapi kemauan dan kebulatan hati yang membuat kita bangun dan bangkit,dan bukan kemenangan dan gagah-gagahan yang mengundang untuk bertandang tapi maaf dan rasa kasih sayang yang melestarikan hubungan.
Asih, Asah, dan Asuh
Dan saya sudah 3A aebagai babu, kok
...
Dan saya resapkan ke dalam sanubari
sebagai susu ibu meresap ke tubuh bayi
Bukan ketakutan atau keberanian
Bukan ketakutan atau keberanian
yang mengantarkan kita berjalan
Tapi kemauan dan kebulatan hati
yang melambari kebangunan diri
Bukan kemenangan dan gagah-gagahan
yang mengundang kita bertandag
Tapi permaafan dan kasih sayang
yang melestarikan perhubungan

6.        Hal. 31     : 3 K ( karsa, kerja, karya) keinginan untuk bekerja dan memperoleh hasil dari apa yang dikerjakan. Itulah konsep yang ditanamkan oleh Pariyem.

Karsa, Kerja, dan Karya
Dan saya sudah 3K sebagai babu, kok
Saya siap menyambut berkah kerja
sebagai ibadah harian hidup saya
...
Ya, ya, pada mulanya adalah karsa:
...
Tanpa karsa, kerja bakalan percuma
tanpa kerja, karya hanya cita-cita
antara karsa sampai pada karya
kerja memanggil jam-jam tersedia

7.        Hal. 33     : 3L (lirih, laras, lurus), lirih artinya dia tidak pernah mengeluh akan pekerjaannya sebagai babu, Laras artinya sesuai dengan irama maksudnya dia menikmati apa yang telah dia jalani selama ini. Lurus artinya dia tidak neko-neko apa adanya.
Lirih, Laras, dan Lurus
Dan saya sudah 3L sebagai babu, kok
saya ngomong tak pernah berteriak
lirih, tapi terang kesampaian
sanggup menguak tabir lenggang
dan menyibak bising percakapan
Saya ngomong tak pernah gadhog laras, tapi penuh irama khas
Medhok – kata wong Tanah Sebrang
yang pinternya bicara Jawa ngoko
Dan saya mangap tak pernah mencong, lho
lurus, bagaikan jalur jalan Malioboro

8.        Hal. 34 : 3T ( Titis, Tatas dan Tetes ), sebagai orang muda harus titis dalam mengungkap makna pembicaraan, tatas dalam perkerjaan yang dilakukan dan teteslah buah budi yang diwujudkan mengandung semua kebijaksanaan hidup.

9.        Hal. 49     : konsep orang jawa wani ngalah luhur wekasanipun artinya berani mengalah pada akhirnya ialah yang dianggap sebagai orang yang berjiwa luhur.
 “Wani ngalah luhur weksanipun”
-itulah wejangannya

10.    Hal. 66     : pakaian adat jawa bebed sido mukti dan surjan lurik, lengkap blangkonnya gaya ngayogya, timangnya gemerlap, jamnya berantai, dengan keris semar mesem tersandang di punggung miring ke kiri dan selop mengkilat warnanya.
-itulah wejangannya

11.    Hal. 74-76: menjelaskan tentang anggapan yang ada di masyarakat tentang seoarang sindhen. Yang pertama, predikat jelek suka nomplok. Kedua, menjadi bahan pembicaraan seorang sindhen kondhang karena pakai susuk. Ketiga, pesindhen harus kuat iman.
12.    Hal. 102-103: tradisi orang jawa yang dilakukan saat bulan sura.
13.    Hal. 164-166: orang jawa mempunyai kebiasaan untuk mengartikan mimpi.
14.    Hal. 220: tradisi orang jawa disaat menggendong anaknya pasti sambil dinyanyikan atau ditembangkan.

Sastra Anak : Resepsi Film Anak

   A.    Pendekatan Resepsi
Resepsi sastra merupakan penelitian yang memfokuskan perhatian kepada pembaca, yaitu bagaimana pembaca memberikan makna terhadap karya sastra, sehingga memberikan reaksi terhadap teks tersebut. Pembaca yang dimaksudkan dalam resepsi terbagi menjadi dua, yaitu pembaca biasa dan pembaca ideal. Pembaca biasa adalah pembaca dalam arti yang sebenarnya, yang membaca karya sastra sebagai karya sastra bukan sebagai bahan penelitian. Pembaca ideal adalah pembaca yang membaca karya sastra sebagai bahan penelitian.
Pendekatan resepsi sastra erat kaitannya dengan peranan pembaca. Aktivitas pembaca dalam hubungan ini memegang peranan penting. Luxemburg (1982:77) menyatakan pembaca di dalam teks atau pembaca implicit dan pembaca di luar teks atau pembaca eksplisit. Pembaca implisit atau pembaca yang sebetulnya disapa oleh pengarang adalah gambaran mengenai pembaca yang merupakan sasaran si pengarang dan yang terwujud oleh segala petunjuk yang kita dapat dalam teks. Pembaca eksplisit adalah pembaca kepada siapa suatu teks diucapkan.

Minggu, 25 Desember 2011

Bandengan Beach, Jepara

Horaay... visited to the Bandengan Beach, Jepara ..
....Hahaha...
Inilh perjalanan dua keluarga yg terdiri atas keluarga Suwoto dan keluarga Mince (my mum's friend)..
This my dad, our driver leader.
This is my little brother, Andi, and me, in the car
We arrived at 10 am.
the sun was shining bright at there
many people who have been swimming at the beach when we arrived
My dad and My Mum 

Senin, 19 Desember 2011

New FaceBook Application

Postingan kali ini berguna bagi Facebooker sejati.
Yaa...salah satu facebooker itu aku, hehe..
jadi malu...
Ada yang tahu gak tampilan FB baru!
Tampilan FB kali ini ga bkin kamu bosen!
Bener, deh!
Yaa...seperti ini tampilannya...
Like this...!


Rabu, 14 Desember 2011

Rindu Rumah Rindu Kangkung -_-

Di kost, menunggu latihan teater pukul 00.00 (entah malam atau dini hari)
Hiiks...
Malam ni teringat rumah. Home sick...
Harus bersabar hingga Jumat sore.
Rindu suasana rumah yang ramai.
Meski hanya keluarga kecil, Ayah, Ibu, aku dan Andi adekku, rumah kami selalu ramai.
Entah karena Ibu yang selalu marah-marah,
ato karena Ayah selalu menyuruh Andi latihan passing Voli,
ato juga karena aku dan Andi yang sering tidak akur bila dirumah
#singmellow : Missing home...

Yang paling membuatku terasa jauh dari rumah adalah 'KANGKUNG'.
Kok bisa?
Ya, karena kangkung adalah masakan andalanku jika aku berada di rumah.
(pede, padahal baru 3 kali masak kangkung)
Kangkung... oh...kangkung...

Selasa, 13 Desember 2011

Diet Duit Dalam Dinner

Malam ini nginep di kost Nurul Hasanah,
Niatnya, sih, aku nggak mau makan malam, selain karena alasan diet pengurangan berat badan,
juga karena duit mepet. Hiks...hiks...
Maklum, semester lima ini, aku dan mahasiswa Sastra lain banyak mengeluarkan uang untuk Teater, Penelitian, dan Praktek..
Sabar, semester lima akan segera berlalu...!
But, niatku itu pupus setelah Nurul, Mba Nopi, dan Irma, merayuku dengan sejuta alasan yang menggiurkan.
Jadinya aku ikut terpengaruh juga makan malam.
Di Waroeng Steak and Shake!
Plis deeh...udah tau itu warungnya steak, daging, jus, susu, cokelat, spageti, yang semuanya makanan penaik berat badan...!
Dan yang penting,,, enaaak...!
Wow...! Semakin tergiur aku dibuat mereka...!