- Pendekatan
mimetik memandang sebuah karya sastra sebagai tiruan, pembayangan, cerminan
dari alam maupun masyarakat. Sesuai dengan pengertian tersebut, novel DC yang
merupakan kisah nyata dari pengalaman hidup seorang Saras alias Saraswati,
teman dari pengarang, cocok dikaji dengan pendekatan mimetik. -
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Rohrberger dan
Woods memandang pendekatan mimetik sebagai pendekatan historis-sosiologis yang
menyaran pada pendekatan yang menempatkan karya yang sebenarnya dalam
hubungannya dengan peradaban yang menghasilkannya. Peradaban disini dapat
didefinisikan sebagai sikap dan tindakan kelompok masyarakat tertentu dan
memperlihatkan bahwa karya sastra mewadahi sikap dan tindakan mereka sebagai
persoalan pokok. (Rohrberger dan Woods, 1971 ; 9).
Oleh karena itu,
karya sastra dapat dibawa ke dalam keterkaitan yang kuat dengan dunia sosial
tertentu yang nyata, yaitu lingkungan sosial tempat dan waktu bahasa yang
digunakan oleh karya sastra. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra
memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya;
dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra dengan kenyataan
masyarakat dalam berbagai dimensinya (Soemanto, 1993). Konsep dasar sosiologi
sastra sebenarnya sudah dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles yang mengajukan
istilah 'mimesis', yang menyinggung hubungan antara sastra dan masyarakat
sebagai 'cermin'.
Diantara genre
karya sastra, yaitu puisi, prosa, dan drama, genre prosalah, khususnya novel,
yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial, karena unsur
cerita dalam novel yang paling lengkap, memiliki media yang luas untuk
menyajikan masalah-masalah kemasyrakatan. Selain itu, novel juga cenderung
menggunakan bahasa sehari-hari dalam suatu masyarakat tertentu. Oleh karena itu
menurut Hauser (1985 : 92) karya sastra lebih jelas mewakili ciri-ciri
zamannya.
Seperti halnya
dalam novel Desperadoes Campus yang menggambarkan keadaan pada zaman pembuatan
karya sastra tersebut, serta keadaan masyarakat yang sama seperti yang dialami
tokoh utamanya dalam novel tersebut.
II.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, akan dilakukan analisis sebagai berikut :
1. Menjelaskan
mengapa novel Desperadoes Campus cocok dikaji menggunakan teori mimetik.
2. Memaparkan
bagian dalam novel Desperadoes Campus yang menunjukkan kemimetikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Landasan
Teori
Dalam
pendekatan mimetik, karya sastra merupakan tiruan atau pembayangan dari alam
dan dari kehidupan nyata. Secara mimetik, dalam proses penciptaan karya
sastra/seni, sastrawan/seniman telah melakukan pengamatan terhadap alam
sekitarnya lebih dulu, sebelum kemudian menuangkannya menjadi sebuah karya
sastra. Sehingga dapat diartikan bahwa karya sastra dalam mimetik adalah
tanggapan seorang pengarang terhadap situasi di sekitarnya, dan karya sastra
merupakan refleksi kehidupan nyata.
Aristoteles menganggap dalam proses tiruan, pengarang
tidak hanya mereflesikan ide, gagasan, pikiran mereka ke dalam karya sastra,
melainkan juga menciptakan proses kreatif yang bertumpu pada kenyataan, dan
menciptakan sesuatu yang baru.
Proses yang
bertumpu pada kenyataan ini dilakukan pengarang untuk menghasilkan karya sastra
yang sesuai dengan kenyataan kehidupan pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Oleh karena itu, Rohrberger dan Woods memandang pendekatan mimetik sebagai
pendekatan historis-sosiologis yang menyaran pada pendekatan yang menempatkan
karya yang sebenarnya dalam hubungannya dengan peradaban yang menghasilkannya.
Memang tidak
dapat dipungkiri, pengarang akan memberikan imajinasi mereka, yang berasal dari
penginderaannya untuk kemudian dituangkan
dalam karya sastra. Imajinasi yang diberikan pengarang kepada karya
sastranya inilah yang berhubungan dengan teori mimetik, teori yang meneliti
asal usul suatu karya sastra, sehingga teori mimetik adalah dasar dari
pendekatan sosiologi sastra yang juga memandang karya sastra sebagai cerminan
masyarakat sosial tertentu.
Sosiologi sastra
memahami bahwa karya sastra bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat,
karena karya sastra diciptakan oleh perngarang yang merupakan anggota
masyarakat. Di dalam karya sastra juga menyerap aspek kehidupan masyarakat dan
masalah-masalah yang ada pada masyarakat.
Seperti halnya
pada novel Desperadoes Campus yang menceritakan, menggambarkan, mendeskripsikan
kehidupan masyarakat dan masalah yang ada pada masyarakat tersebut. Dengan kata
lain, novel tersebut merupakan cerminan masyarakat sosial pada tempat dan waktu
tertentu.
II.
Novel
Desperadoes Campus
Novel Desperadoes
Campus (DC) karya Ahmadi ini menceritakan tentang perjalanan Sarah dalam usahanya
meraih gelar SI Sarjana Sastra Inggris di Universitas Biang Asmara, Malang,
Jawa Timur. Sarah memang seksi, montok, dan cantik, karena itulah ia dipandang
sebagai ‘wanita nakal’. Padahal sampai semester 6, ia belum pernah serius
berpacaran dengan lelaki, dan ia merupakan wanita yang keras mempertahankan
keperawanannya. Akibat asumsi kampus yang demikian, Sarah sering mendapatkan
pelecehan seksual, baik perkataan maupun tindakan dari mahasiswa dan dosen.
Seperti yang
dipaparkan wikipedia bahwa pelecehan seksual adalah perilaku
pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang tidak
diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang
secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat
pribadi seperti rumah. Dalam kejadian pelecehan seksual biasanya terdiri dari 10 persen
kata-kata pelecehan, 10 persen intonasi yang menunjukkan pelecehan, dan 80
persen non verbal
Sampai suatu
ketika, keperawanannya direnggut oleh dosen yang paling dihormatinya. Dosen
cabul itu bernama Romli, lelaki tua yang dikenal alim dan ramah, yang ternyata
menggunakan pelet untuk mendapatkan Sarah. Akibatnya, Sarah hamil, karena tak
mau menanggung resiko, Sarah menggugurkan kandungannya.
Pelecehan
seksual yang didapat Sarah tak berhenti disitu, ketika Sarah mengerjakan
skripsinya, dosen pembimbingnya minta ‘dilayani’, jika tidak, Sarah tidak akan
diluluskan. Sarah menolak, dan karena penolakannya itu Sarah harus rela
melupakan mimpinya menjadi sarjana. Akhir cerita, Sarah menjadi ‘pelayan’
sungguhan.
Cerita dalam
novel tersebut merupakan cerita berdasarkan kisah nyata dari tokoh utama,
Sarah, yang bernama asli Saraswati. Sarah adalah teman Ahmadi yang menceritakan
pengalaman pelecehan seksual terhadapnya, yang kemudian oleh pengrang direalisasikan
kedalam karya sastra, novel. Desperadoes Campus dalam bahasa Indonesia berarti
Bandit Kampus. Pengarang memilih judul tersebut dikarenakan sesuai dengan isi
yang ingin ia sampaikan kepada pembaca, yaitu tentang kebejatan yang terjadi di
dalam lingkungan kampus.
Novel DC pertama
kali diterbitkan dengan judul Jangan Panggil
Aku Pe’cun pada tahun 2006, ketika penulis masih menjadi mahasiswa di salah
satu Universitas di Malang. Akan tetapi novel tersebut dilarang beredar dan
hanya bertahan beberapa minggu di toko buku, karena dianggap terlalu vulgar
dalam pemakaian bahasa. Pada akhir Oktober 2008, saat terbongkarnya kasus
pelecehan seksual di salah satu Universitas terkenal di Jakarta, pengarang
merevisi bahasa DC tanpa mengubah esensi novel, dan menerbitkannya kembali pada
tahun 2008 dengan penerbit yang berbeda.
III.
Analisis
Mimetik Novel Desperadoes Campus
Pendekatan
mimetik memandang sebuah karya sastra sebagai tiruan, pembayangan, cerminan
dari alam maupun masyarakat. Sesuai dengan pengertian tersebut, novel DC yang
merupakan kisah nyata dari pengalaman hidup seorang Saras alias Saraswati,
teman dari pengarang, cocok dikaji dengan pendekatan mimetik.
Hal lain yang
mendukung novel DC cocok dikaji dengan pendekatan mimetik selain isi cerita
berasal dari kisah nyata, adalah karena adanya peristiwa yang mendukung peristiwa
pada masa itu, seperti kata Hauser (1985 : 92) yang mengatakan bahwa karya
sastra lebih jelas mewakili ciri-ciri zamannya. Berikut hasil analisis yang
menunjukkan bahwa novel DC merupakan tiruan dari masyarakat pada tahun sebelum
dan setelah 2008.
1.
Novel DC ada karena keinginan pengarang,
Ahmadi, untuk memberontak sistem pendidikan di Indonesia yang kian tidak
bermoral. Sebelum novel DC terbit (sebelum tahun 2008), kasus pelecehan seksual
sudah terjadi di lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, serta lingkungan
kampus. Akan tetapi tidak banyak korban pelecehan yang berani melaporkan
tindakan asusila tersebut kepada polisi, sehingga pelaku semakin leluasa
melakukan tindakan pelecehan kepada korban tanpa dihantui rasa takut akan
hukuman yang seharusnya didapat. Keinginan pengarang tersebut terlihat pada
halaman Pengantar Penulis, dengan kutipan seperti berikut :
Saya
sangat mencintai dunia pendidikan, teramat sangat!
Namun
fenomena dunia pendidikan yang kian tak bermoral,
sehingga
saya memiliki cara tersendiri untuk memberontak,
salah
satunya dengan menulis.
2.
Seperti yang dikatakan pengarang cara ia
memberontak adalah dengan cara menulis, sehingga ia menciptakan novel DC yang
didasari cerita nyata dari temannya, Saraswati, alias Sarah, tokoh utama dalam
novel yang mengalami pelecehan seksual. Pembaca tahu bahwa novel DC merupakan
novel kisah nyata, karena dalam halaman Pengantar Penulis, pengarang
menyebutkan nama Sarah dalam daftar terimakasih seperti berikut :
...sebagai bumbu-bumbu pemanis dalam sebuah cerita yang sudah
lama terlupakan, namun selalu dalam ingatan seorang Saras...
Terima kasih Saraswati...tanpamu cerita ini tak pernah ada.
Tanpamu jua aku tak pernah kenal siapa aku dan siapa dirimu...ini adalah
karyamu!
3.
Hal lain yang membuktikan bahwa
novel DC adalah cerminan masyarakat pada saat itu adalah, adanya artikel 21
April 2009 dari website VIVAnews tentang pelecehan seksual di Universitas
Indonesia. Seorang dosen senior Fakultas Hukum melakukan pelecehan seksual
kepada mahasiswinya. Ternyata tak hanya pada tahun 2009, pada November 2008,
alumni Fakultas Hukum UI juga melaporkan hal yang sama terhadap dosen yang sama
pula. Kasus itu menjadi heboh dengan bertambahnya laporn mahasiswi-mahasiswi tentang
perlakuan dosen senior tersebut. Salah satu mahasiswi yang melapor berinisial
NI.
VIVAnews
...
Kuasa hukum NI, Shanti Dewi, mengatakan, pelecehan terhadap kliennya
terjadi beberapa kali. Pertama di kantor sang dosen di Jalan Sudirman, Kav 2 Lt
15, Jakarta Pusat pada Desember tahun 2000 sekitar pukul 16.30 WIB. Kedua,
pelecehan terjadi di kampusnya pada akhir tahun 2001 sekitar pukul 13.00 WIB.
Dari
data artikel 21 April 2009 itu diketahui bahwa persitiwa pelecehan seksual yang
dilakukan oleh seorang dosen senior Fakultas Hukum, Universitas Indonesia,
sudah sejak tahun 2000.
4.
Setelah terbit pertama kali, novel DC
sempat dilarang beredar. Hingga pada akhir Oktober 2008, saat terbongkar kasus
pelecehan seksual di Universitas terkemuka di Jakarta, membuat penerbit baru
tertarik menerbitkan kembali novel DC yang telah direvisi pengarang.
...akhirnya hanya beberapa hari ngendap di gudang penerbitan. Hingga
akhir Oktober 2008, saat terbongkarnya kasus pelecehan seksual di salah
satu kampus terkemuka di Jakarta,...
Penanggalan
tersebut sama halnya dengan penanggalan peristiwa terbongkarnya kasus pelecehan
seksual di Universitas Indonesia, Jakarta. Pada tanggal 30 Oktober 2008, muncul
artikel oleh Anton Aliabbas di situs www.inilah.com,
yang mengungkap kasus tersebut. Berikut kutipan dari artikel tersebut :
INILAH.COM,
Jakarta - Terangkatnya isu pelecehan seksual di kampus UI seakan menampar wajah
dunia pendidikan Indonesia yang masih terpuruk tahun ke tahun.
Pelaku
pelecehan seksual adalah dua dosen senior yang menyandang embel-embel profesor
dan doktor.
Mereka berdua kebetulan bekerja di
fakultas yang sama di kampus itu. Sang profesor keburu ketiban apes dengan
mendapat sanksi nonaktif. Sementara dosen lain yang notabene bergelar S-3 dari
universitas asing tetap aman karena si korban tidak berani mengadukan masalah
ini ke tingkat fakultas. Alhasil, sang doktor masih dapat melenggang tanpa ada
rusak sedikitpun nama baiknya.
Dalam
novel DC, Sarah juga menerima pelecehan seksual dari dosen-dosennya, Pak Romli,
Pak Samsuri, dan Pak Zainul, sama seperti kasus di atas, dosen-dosen tersebut
masih bisa santai mengajar tanpa ada beban moral.
5.
Selain adanya peritiwa pelecehan seksual
dalam novel DC yang mencerminkan masyarakat, ada pula peristiwa yang
diceritakan pengarang dalam novel DC yang menggambarkan tentang kekuasaan, yang
terlihat pada kutipan berikut :
“Sayang
banget sobat, Aku hanya seorang penulis kecil, bukan anggota dewan, jadi tak
kuasa kasih kamu pekerjaan. Aku hanya kutu buku buka n kutu uang, jadi tak ada
lembaran-lembaran berharga itu yang bisa kuberikan untukmu. Aku hanya anak
petani bukan anak Bupati, jadi ngggal bisa kasih kamu proyek.”
Kutipan
di atas menggambarkan bahwa orang yang memiliki jabatan adalah orang yang
berkuasa, sedangkan rakyat miskin, rakyat kurang mampu, dan rakyat biasa, tidak
memiki kuasa apa-apa. Penggambaran kekuasaan tersebut tidak hanya menggambarkan
situai politik pada waktu itu, namun situasi ‘siapa yang kuat yang berkuasa’,
masih ada di Indonesia hingga sekarang.
6.
Kutipan :
Orantuaku
bernama Hadi Sasongko, seorang pensiunan TNI dengan pangkat rendah dan kini
menjadi satpam di sebuah pabrik tekstil. Yakh... negara kita memang tidak
memiliki dana pensiun yang memadai untuk tentara kelas rendahan seperti bapakku.
Negara kita hanya menyiapkan ruang untuk dikuras hartanya oleh wakil rakyat.
Kutipan
tersebut menggambarkan bahwa Indonesia hanya perduli dengan pekerja yang
berpangkat tinggi. Bahkan sering pula pekerja berpangkat tinggi yang bergaji tinggi,
masih saja leluasa menggerogoti harta yang seharusnya untuk rakyat rendah.
7.
Kutipan :
Kota
Malang dielu-elukan sebagai kota pendidikan di Jawa Timur. Kota yang menjadi
idola para pelajar untuk menuntut ilmu.
Kutipan
di atas memang menggambarkan bahwa Malang adalah kota pelajar kedua setelah
Yogyakarta. Berbagai universitas ternama ada di kota yang udaranya sejuk ini,
misalnya : Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Merdeka
(Unmer) Universitas Machung, Institut Teknologi Negeri (ITN), Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara (STAN), Politeknik Kesehatan Malang (POLTEKES), Sekolah Tinggi
Informatika & Komputer Indonesia (STIKI), Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti
(STT Sati), Sekolah Tinggi Teologi Salem, Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT),
dan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ahmadi Sofyan membuat novel
Desperadoes Campus ini di latar belakangi oleh ketidaksukaannya melihat kasus
pelecehan seksual yang ada i masarakat, terlebih lagi di duia pendidikan yang
notabene tempat mencari ilmu. Dengan cara menulis, ia bisa menuangkan kritiknya
terhadap aktor-aktor intelektual kampus bertindak bejat seperti bandit kampus.
Berdasarkan penyebutan
kata terimakasih kepada Saraswati alias Sarah, tokoh utama novel DC, dan gaya
penulisan yang ada di catatan pembuka dan catatan penutup yang menggambarkan
pertemuan Ahamadi dan Saras, membuat pembaca berasumsi dan yakin bahwa cerita
yang ada pada novel DC merupakan penggambaran kehidupan Sarah. Apalagi didukung
dengan bukti-bukti dari artikel yang menunjukkan kesamaan peristiwa pelecehan
seksual. Sehingga dapat dikatakan bahwa novvel Desperadoes
Campus adalah gambaran atau cerminan masyarakat pada waktu terntentu.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
-
Sofyan, Ahmadi. Desperadoes Campus :
Catatan Luka Mahasiswi Korban Dosen-Dosen Cabul, cet. 1. Yogyakarta : Aynat
Publishing, 2008

Terima kasih banyak buat infonya... moga makin banyak followernya yah...
BalasHapus