BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Laskar Pelangi
merupakan salah satu novel fenomenal di Indonesia. Novel yang terbit tahun 2005
tersebut. Sang pengarang, Andrea Hirata, menerima berbagai penghargaan. Banyak
pembaca yang tertarik dan menyukai novel tersebut, namun tak sedikit juga
pembaca yang tidak menyukai novel tersebut berdasarkan alasan tertentu.
Untuk mengetahui
pendapat pembaca mengenai novel Laskar Pelangi, perluah diteliti menggunakan
pendekatan resepsi. Dalam hal ini penulis menggunakan penelitian resepsi
diakronis, yang diambil dari sejak pertama terbit pada tahun 2005 hingga tahun
2011, dimana novel Laskar Pelangi sudah berkembang menjadi film layar lebar,
opera, dan serial di televisi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis ingin meneliti resepi pembaca diakronis
terhadap novel Laskar Pelangi untuk mengetahui bagaimana pendapat pembaca dari
tahun ke tahun tentang novel Laskar Pelangi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teori
Secara definitif
resepsi sastra berasal dari kata recipere (latin), reception (inggris) yang
berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luas resepsi
didefinisikan sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya
sehingga dapat memberikan respon terhadapnya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Pradopo bahwa resepsi sastra adalah estetika (ilmu keindahan) yang mengacu
kepada tanggapan atau resepsi pembaca karya sastra dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, Endraswara mengemukakan bahwa resepsi berarti menerima atau
penikmatan karya sastra oleh pembaca.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa resepsi sastra merupakan penelitian
yang memfokuskan perhatian kepada pembaca, yaitu bagaimana pembaca memberikan
makna terhadap karya sastra, sehingga memberikan reaksi terhadap teks tersebut.
Pembaca yang dimaksudkan dalam resepsi terbagi menjadi dua, yaitu pembaca biasa
dan pembaca ideal. Pembaca biasa adalah pembaca dalam arti yang sebenarnya,
yang membaca karya sastra sebagai karya sastra bukan sebagai bahan penelitian.
Pembaca ideal adalah pembaca yang membaca karya sastra sebagai bahan
penelitian.
Dalam penelitian
resepsi ada dua cara, yaitu sastra sinkronis, meneliti karya sastra dalam
hubungannya dengan pembaca sezaman dan resepsi sastra diakronis melibatkan
pembaca sepanjang sejarah. Iser (Ibid: 182-203) mengintroduksi konsep ruang
kosong, ruang yang disediakan oleh penulis, dimana pembaca secara kreatif,
secara bebas dapat mengisinya.
Ruang kosong
dengan sendirinya merupaka lokus utama bagi kualitas interpretasi. Dalam
hubungan ini dikatakan bahwa pembaca diarahkan oleh teks. Dalam hubungan ini
jelas kemampuan pembaca sebagai instansi memegang peran penting, artinya
pembaca yang bisa diarahkan justru pembaca yang memiliki kemampuan, pembaca
sebagai gudang pengalaman, bukan pembaca yang miskin pengalaman.
B.
Laskar
Pelangi
Novel
karya Andrea Hirata sejak diterbitkan 2005 oleh Bentang Pustaka, sudah dicetak
17 kali dan terjual sekitar 200 ribu eksemplar. Cerita novel ini diawali saat
SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas yang sangat
minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas satu. Hingga saat2 terakhir
pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan siap masuk kelas di hari
pertama. Padahal sekolah reot ini sudah diancam untuk membubarkan diri jika
murid barunya kurang dari 10 orang.
Di
kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya
yang harus ditanggung selama bertahun2. Dan tertutupnya kesempatan untuk
mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup
yang semakin berat.
Jika
tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan mental,
yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di rumah,
tentu tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu, berteman
satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias Samson,
Sahara, Trapani, dan Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru penuh
kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya. Dan tidak akan
pernah ada Laskar Pelangi, yang di musim hujan selalu melakukan ritual melihat
pelangi sore hari dengan bertengger di dahan2 pohon filicium yang ada di depan
kelas mereka.
Selanjutnya
dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari kesepuluh anak anggota
Laskar Pelangi. Di tengah cerita, Laskar Pelangi mendapat anggota kesebelas,
anggota wanita kedua, Flo.
Berkisah
tentang Lintang, anak super genius didikan alam, yang rumahnya berjarak 40 km
dari sekolah dan dilaluinya dengan bersepeda setiap hari tanpa mengeluh. Bahkan
ketika suatu hari rantai sepedanya putus, dia rela berjalan kaki menuntun
sepedanya ke sekolah. Dan merasa bahagia karena masih mendapat kesempatan ikut
menyanyikan Padamu Negeri di jam pelajaran terakhir.
Berkisah
tentang Mahar anak genius berikutnya, tapi yang satu ini genius dalam bakat
seni. Berkisah tentang rutinitas membeli kapur tulis di toko yang jauh dari
sekolah dan berbau busuk, menggiring ke kisah cinta pertama Ikal kepada A Ling yang
berkuku indah. Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD Muhammadiyah yang
selama ini selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17 Agustus dan lomba
cerdas-cermat. Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo. Tentang
petualangan mistis ke Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo dan Mahar.
Dan bagian pertama ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat
mengharukan saat Laskar Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang
kurang beruntung.
Bagian
pertama itu mengambil rentang waktu dari hari pertama Laskar Pelangi masuk
kelas satu Sekolah Dasar Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang Ebtanas SMP
di gedung sekolah yang sama dengan orang2 yang sama (tambah Flo tentunya).
Pada
bagian kedua, kisah ini melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar Pelangi
telah menjadi sosok dewasa yang harus berjuang keras dan gigih untuk mendapatkan
apa yang mereka cita-citakan dalam kehidupan nyata. Masing2 menjalani suratan
hidupnya yang sudah ditetapkan. Ada yang berjalan sesuai cita2nya, ada yang
tidak terduga lompatannya, ada juga yang menyerah pada nasib yang sudah
tergambar jelas sejak dahulu.
Kesuksesan
novel Laskar Pelangi membuat produser film ingin mengangkatnya ke layar lebar.
Dengan disutradarai oleh Mira Lesamana dan Riri Reza, akhirnya pada tahun 2008,
Laskar Pelangi berada dalam layar lebar. Setelah berhasil diangkat ke layar
lebar, tahun 2011 juga diadakan pementasan drama musikal Laskar Pelangi.
Kemudian pada tahun 2012, mulai dibuatlah serial Laskar Pelangi di televisi.
C.
Analisis Resepsi
Novel Laskar Pelangi
Dalam
analisis ini akan dilakukan pendekatan resepsi diakronis, yang mengambil
tanggapan dari pembaca-pembaca novel Laskar Pelangi. Tanggapan pembaca diambil
pada tahun 2005 hingga 2012. Berikut data yang didapatkan melalui berbagai
sumber dan media.
1.
Neenoy – 14 Juni 2006
Ada beberapa hal yang sedikit
mengganggu ketika membaca Laskar Pelangi. Kisah ini mengambil rentang waktu
yang cukup panjang. Masa sebelas anggota Laskar Pelangi mengenyam pendidikan di
sekolah Muhammadiyah sendiri adalah sekitar 9 tahun. Fragmen-fragmen pengalaman
mereka berada di kisaran waktu ini. Namun saya merasakan penulis kurang
membantu pembaca untuk mengetahui penggal waktu yang tepat untuk masing-masing
fragmen. Apakah peristiwa A terjadi ketika mereka masih berusia 10 tahun,
ataukah 14 tahun? Saya harus benar-benar teliti membacanya untuk membayangkan
usia dan sosok anggota Laskar Pelangi ketika suatu penggal peristiwa terjadi.
Selain itu ada beberapa hal kecil lainnya yang juga mengganggu. Hey, tapi semua
itu tidak mengurangi rasa salut saya terhadap karya ini.
2.
Judith – 13 Desember 2006
Buku ini
benar-benar menghanyutkan saya, kareana lama tidak dengar buku yang kaya akan
ilmu pengetahuan tetapi tidak ada kesan menggurui yang membosankan.
3.
Marshella/XII IPA/15 - 20 September 2008
Menurut saya, novel
laskar pelangi sangat bagus walau saya akui waktu pertama kali membaca novel
ini saya sangat bosan sekali karena terlalu banyak prolog dan menceritakan
hal-hal yang menurut saya tidak penting. Seperti menjelaskan pohon atau PN
Timah saja sampai kira-kira satu halaman. Hal itu juga sangat bagus karena sang
penulis sangat tahu segalanya. Tetapi lama kelamaan saya membaca novel ini
ternyata sangat bagus sekali. Novel ini juga sangat cocok sekali dibaca untuk
segala umur. Terlebih lagi untuk kaum remaja seperti saya ini.
Novel ini juga mempunyai
banyak amanat. Seperti pendidikan sangatlah penting untuk siapapun dan apapun
seperti Lintang dan teman-temannya yang rela mengayuh sepeda berkilo-kilo meter
hanya untuk mengejar pendidikan. Amanat lainnya yaitu janganlah membeda-bedakan
teman, seperti Laskar Pelangi yang berisi sepuluh orang anak yang sangat
berbeda baik dalam sifat, kepintaran, dan materi. Menurut saya, novel ini juga
ingin mengajari kita bahwa walau orang itu pintar belum tentu masa depannya
akan cemerlang. Seperti Lintang yang sangat pintar sekali dalam bidang akedemis
ternyata hanya menjadi sopir truk. Sedangkan Syahdan yang tidak mengerti dengan
teknologi berhasil menjadi manager di suatu perusahaan.
Novel ini benar-benar
memotivasi saya supaya mengejar pendidikan karena pendidikan sangatlah penting
dan membuat saya menjadi rajin untuk belajar karena anak-anak di dalam cerita
ini saja yang hanya bersekolah si sekolah yang sangat tidak layak untuk dikatakan
sebagai sekolah tetapi sangat rajin sekali. Walau banyak hal yang saya sangat
suka dengan novel ini tapi ada juga hal-hal yang saya tidak suka. Penulis (
Andrea Hirata) sangat berlebihan dalam menceritakan sesuatu seperti pada waktu
Ikal bertemu dengan Aling.
4. Fikry
Rasyid – 12 Oktober 2008
Gaya
dan pola tulisan Novel Laskar Pelangi : deskriptif
secara visual – teknikal - emosional.
Deskriptif
:
gaya bahasa yang “memberikan penjelasan secara detil terhadap sesuatu objek”
Visual : Mendeskripsikan secara detil objek – objek yang tertangkap oleh panca indera bernama mata
Teknikal : Penggunaan istilah -istilah teknis, disertai penjelasan yang bersifat poetic
Emosional : penggambaran emosi yang dialami karakter secara tepat sehingga membuat pembaca mampu merasakan emosi yang tengah dialami karakter.
Visual : Mendeskripsikan secara detil objek – objek yang tertangkap oleh panca indera bernama mata
Teknikal : Penggunaan istilah -istilah teknis, disertai penjelasan yang bersifat poetic
Emosional : penggambaran emosi yang dialami karakter secara tepat sehingga membuat pembaca mampu merasakan emosi yang tengah dialami karakter.
Saya pikir – pikir,
gaya menulis ini memiliki kesamaan pola dengan gaya menulis yang juga digunakan
pada novel – novel best seller kelas dunia seperti Harry Potter-nya J.K.
Rowling, dan The Da Vinci Code-nya Dan Brown. Keduanya menggairahkan pembaca
dengan interpretasi mata kedalam tulisan, istilah – istilah teknikal yang
mempesona dan membuka wawasan, dan melibatkan emosi pembaca dengan baik.
saya sudah nonton
filmnya. dan seperti film adaptasi lainnya, saya merasa lebih “liar” ketika
membaca novelnya. Walaupun begitu, film laskar pelangi tetap awesome. di tengah
gempuran film2 homogen di industri film indonesia, film ini muncul dengan
menawarkan kesederhanaan
5.
A.m
– 16 Oktober 2008
hal yang menonjol
dilaskar pelangi bagi saya adalah, dalam kesederhanaan mereka masih bisa
mengukir sebuah prestasi dan semangat pantang menyerah.
6.
Shera
– 18 Desember 2008
setelah saya
membaca dan nonton laskar pelangi saya begitu terharu banyak pelajaran dan
hikmah yang diambil. cita – cita yang penuh dengan perjuangan yang sangat
tinnggi,semangat pantang menyerah,hanya dalam kesederhanaan mampu bersaing
dengan orang2 yang lebih kaya,jadikan hidup ini lebih berarti
saya sangat
mengagumi karya Andrea hirata, saya pengen belajar banyak tentang orang
disekeliling kita yang sering dipandang sebelah mata,padahal mereka itu
mempunyai banyak kelebihan,saya salut
7.
Johnny Wirjosandjojo – 19 Januari 2011
Saya
pernah membaca beberapa halaman awal Laskar Pelangi. Karena menurut saya gaya
tulisan A. H. terlampau miskin rasa dan tidak menimbulkan gelora maka saya
berhenti membacanya. Maaf, tidak ada sesuatu di dalamnya yang membuat saya
tertarik. Sebuah buku yang tidak perlu dipuja dan diperdebatkan.
8.
Durgadurga
– 20 Januari 2011
lebih mudah untuk menonton filmnya. dengan
permainan akting yang tidak bagus, dan juga pengarahan riri reza sang sutradara
yang kurang dingin dalam memberikan komando anak-anak pelangi, lalu pemilihan
aktor dewasa yang kejakartaannya tidak bisa tertutupi, film ini menjadi film
yang laris manis selaris bukunya.
nah, kalo baca novelnya mah
tebal...capek matanya...
9.
M.H.
Hibrida – 20 Januari 2011
Laskar Pelangi,
entah novel entah filmnya, digaungkan dengan speaker nyaring
menyuarakan motivasi diri: bahwa orang miskin, kalau mau berusaha, pasti bisa! Resonansi
dari suara nyaring itu adalah kebutaan diri pada sistem, tepatnya pada struktur
sosial pembentuk kondisi materialis seseorang atau kelompok masyarakat
tertentu, seperti yang sudah diungkapkan oleh Nurhady Sirimorok. Dan penyebaran
Laskar Pelangi ke panggung teater beberapa waktu lalu sebenarnya adalah semacam
kooptasi terhadap dunia teater yang selama ini relatif kritis terhadap
kekuasaan.
Antusiasme untuk
dunia teater dari pementasan ini juga terlihat sama besarnya. Ditambah lagi:
buku-buku agama yang ditulis oleh ustadz-ustadz muda juga berteriak-teriak
tentang motivasi diri, berdasarkan ayat-ayat Alqur'an. Di samping itu,
seminar-seminar motivasi semakin banyak digelar! Maka kesimpulannya sederhana:
Masyarakat diarahkan, dan sepertinya berhasil diarahkan, ke lubang kenistaan
diri: bahwa kalau kamu gagal, kamulah yang salah!
10. Kenan Fabri Hartanto – 21 Januari
2011
hmmm, kalau saya
sempat memuja-muja buku ini. tapi setelah membaca bukunya nurhady mata saya
agak terbuka (baca sambil misuh2 sendiri). di buku ini setelah saya pikir2 lagi
ada hal yang nggak masuk akal. misal, kepandaian lintang yang begitu luar
biasanya dan saya pikir tak mungkin dikuasai anak sekecil it. seingat saya ada
satu bagian di buku itu yangceritakan bagaimana lintang menjadi begitu pintar.
itu pun digambarkan sebagai suatu momen yang magis.
11. Alwi Atma Ardhana – 22 Januari 2011
Saya setuju kalau
novel ini jelek. Ide di dalamnya tidak menarik. Berkaitan dengan isi cerita saya
pikir kawan2 sudah meneriakkannya dengan lantang bahwa ada ketimpangan logika
dalam penjabaran cerita si lintang oleh si hirata itu, seperti kemistisan
kepandaian lintang, kemiskinan sebagai kesalahan diri sendiri, hingga tidak
menyentuh bobroknya sistem pendidikan terutama di daerah terpencil macam daerah
rumah si lintang itu. Kalau kritikan di atas langsung menuju pada isi cerita
dalam novel, saya akan menambahkan satu hal yang berkaitan dengan unsur dalaman
sebuah novel; penokohannya. Novel si Hirata mempunyai penokohan yang sangat
membosankan. Tokoh2nya datar semua. Tidak ada kontradiksi-kontradiksi yang
terjadi yang memicu perubahan tokohnya. Penokohan ini yang tidak datar ini
membuat cerita juga menjadi membosankan. Kalo dikaitkan ke isi, dari cara penyajian
dimana tokoh2nya tidak mempunyai kesempatan berkembang, tampaknya Hirata ini
juga tidak percaya bahwa bocah2 di daerah terpencil mampu berkembang kalo gak
ada bantuan mistis! Padahal yang membuat suatu novel realis 'jadi', menurut
Lukacs, adalah kontradiksi2 yang terjadi di dalamnya karena pada dasarnya,
karena Lukacs seorang Marxis, kenyataan hanyalah permukaan dari sebuah
pergulatan kontradiktif.
Bagi saya, setiap
novel patut diperdebatkan (karena memperdebatkan tidak sama dengan memuja).
Novel jelek seperti Laskar Pelangi ini bahkan harus diperdebatkan. Jangan
sampe, karena laris penjualannya, novel jelek ini yang diingat dan bukan
karya-karya sastra yang jauh lebih baik. Saya gak rela kalo Hirata harus
diingat di sisi kepala dimana seharusnya penulis seperti Pram, Kwee Tek Hoay,
dll, berada. Maka, karya2 laris yang gak jelas pencapaiannya harus dibongkar
melalui perdebatan macam ini yang kalo bisa berlanjut menjadi sebuah kritik
sastra. Berhenti memperdebatkan karya2 macam Laskar Pelangi ini paling tidak
melawan hegemoni (pe)mitos(an) sebuah karya berikut pengarangnya yang terjadi
dimana-man di Indonesia!
12. Denyisapri
– 30 April 2011
Hal yang menarik
dari Novel ini adalah dapat membangkitkan kita agar tidak mudah putus asa jika
ingin meraih mimpi. Mengajarkan kita agar baik terhadap teman sesama dan mau
untuk saling membantu. Dalam Novelnya, Andrea Hirata pandai menyelipkan
pertanyaan yang terus tersirat, dari awal cerita sampai akhir ceritanya
terdapat arti dari Bahasa Melayunya dan cara membacanya. Namun, dengan segala
keindahan dan kelebihannnya, Novel ini membuat para pembacanya mendapat sedikit
kesulitan karena adanya Bahasa Melayu, adanya ungkapan dan khiasan dalam
kalimat membuat cerita ini sedikit terasa sulit. Walaupun begitu, cerita ini tetap
memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat direnungkan dan diterjemahkan
dengan lebih dalam.
13. Febri
Nur Indahsari – 3 Januari 2012
Menurut
saya, novel LP ini temanya bagus, memuat tentang pendidikan. Novel tersebut
mengangkat nm daerah kecil, Belitung, yang kemudian sekarang ini menjadi tempat
wisata yang terkenal. Dengan adanya novel tersebut, diharapkan pemerintah dapat
berkaca, bahwa perlunya mengembangkan pendidikan di daerah kecil itu sangat
diperlukan, karena setiap anak berhak memperoleh pendidikn yang layak. Namun
yang disayangkan dari novel tersebut adalah cara penceritaan Andrea Hirata yang
terlalu bertele-tele.
14. M.
Abul Aziz – 4 Januari 2012
Menurutku
yang paling membuat berkesan itu tema yang fresh ‘pendidikan’. Gaya bahasanya
ringan dan enak dibaca.
Berdasarkan data yang diambil dari berbagai sumber
di atas, diketahui bahwa dari 14 pembaca novel Laskar Pelangi, 4 pembaca
menyukai sepenuhnya LP, 6 pembaca tidak menyukai LP, 4 sisa pembaca
dikategorikan dalam pembaca netral, maksudnya, mereka menyukai LP, namun juga
ada suatu hal yang tidak disukai.
Berbagai
alasan diutarakan mereka. Kebanyakan alasan mengapa pembaca menyukai novel LP
adalah karena tema novel tersebut yang menyinggung masalah pendidikan di
Indonesia yang tidak merata. Perjuangan anak laskar pelangi yang gigih mencapai
cita-cita, memberi motivasi tersendiri bagi pembaca. novel ini hendaknya bisa
memberikan pandangan tentang pendidikan di Indonesia.
Seperti
karya sastra lainnya, novel LP ini juga mempunyai kekurangan yang ditangkap
pembaca, sehingga pembaca tidak terlalu tertarik dengan novel tersebut. Alasan
utama pembaca adalah saat pertama membaca novelnya, pembaca sering merasa bosan
dengan penceritaan yang terlalu panjang, bertele-tele, dan terkesan hambar,
apalagi halaman novelnya tebal. Selain itu, pembaca juga merasa timpang dengan
kepintaran Lintang yang tidak dijelaskan darimana asal-usul kepintaran Lintang,
sementara ia anak pesisir yang sebelumnya tak pernah belajar.
Lepas dari tanggapan pembaca, novel Laskar Pelangi
ini sudah mendunia. Banyak penghargaan yang telah didapatnya, di ajang yang
digelar di Kaohsiung, Taiwan, pada Sabtu (19/12/2009), Laskar Pelangi meraih
penghargaan Film Terbaik, The Golden
Butterfly Award untuk kategori film terbaik di Internasional Festival of Films for Children and Young Adults di
Hamedan, Iran. Laskar
Pelangi masuk nominasi kategori film terbaik di Berlin Internasional Film Festival 2009,
pada Asian Film 2009 di Hong Kong.. Andrea juga meraih penghargaan sastra Khatulistiwa
Literary Award (KLA) pada tahun 2007,
Laskar Pelangi
ini akan menjadi salah satu film yang diputar di Festival Film Internasional
Fukuoka 2009, Jepang, dan telah diputar di beberapa negara di lima benua. Di
Harare, Namibia, Spanyol, Italia, Hongkong, Singapura, Jerman, lima kota di
Amerika, empat kota di Australia dan Portugal. Ajang film internasional yang
memutar Laskar Pelangi antara lain di Barcelona Asian Film Festival
2009 di Spanyol, Singapore Internasional Film Festival 2009, 11th Udine Far
East Film Festival di Italia, dan Los Angeles Asia Pacific Film Festival 2009
di Amerika Serikat. Laskar Pelangi juga akan diputar di Pusan International
Film Festival 2009 .
BAB
III
KESIMPULAN
Dari data diakronis yang diambil, bahwa kelebihan
novel Laskar Pelangi terletak pada tema yang dijunjung Andrea Hirata, yaitu tema
pendidikan yang sedang fresh. Novel ini juga mempengaruhi motivasi diri pembaca
untuk lebih menghargai dan memperjuangkan cita-cita.
Setiap
karya sastra pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Sedangkan untuk
kekurangannya terletak pada gaya kepenulisan Andrea yang dianggap
pendeskripsiannya terlalu mendetail, bertele-tele, sehingga membuat pembaca
jenuh.
Lepas
dari kelebihan dan kekurangan yang diutarakan pembaca, sudah dibuktikan bahwa novel LP ini adalah novel fenomenal di
Indonesia yang menjadi best seller.
Novel LP telah diterbitkan diluar negeri, diadaptasi kedalam film, musikal, dan
serial di televisi. Keberhasilan Andrea Hirata ini disusul dengan sekuelnya Laskar
Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa novel best seller Laskar Pelangi yang dianggap dan
dipuja pecinta sastra sebagai novel fenomenal, ternyata memiliki pembaca yang
tidak menyukai dari segi-segi terntentu novel Laskar Pelangi.
DAFTAR PUSTAKA
-
Hirata, Andrea. 2008. Laskar Pelangi.
Yogyakarta : Bentang.
-
denyisapri.blogspot.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for reading (^o^)